BAB
I
Pendahuluan
A.
Sistem
saluran cerna
Sistem saluran cerna, mulut,
kerongkongan, lambung dan usus adalah pintu gerbang bagi zat-zat gizi dari
makanan, vitamin, mineral dan cairan ke dalam tubuh. Fungsi sistem ini adalah
mencernakan makanan dengan cara menghaluskan kemudian mengubah secara kimiawi
ketiga bagian utamanya (protein, lemak dan karbohidrat) menjadi unit-unit yang
siap diresorpsi tubuh. Proses pencernaan ini dibantu oleh enzim-enzim
pencernaan yang terdapat pada ludah, getah lambung, dan getah pankreas.
Produk-produk hasil pencernaan yang berfaedah bagi tubuh beserta vitamin,
mineral dan cairan, melintasi selaput lendir usus untuk masuk ke aliran darah dan
sistem getah bening.
Makanan mengalami proses pencernaan
sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan
hasil pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan meliputi hal-hal berikut.
1. Ingesti: pemasukan makanan ke dalam tubuh
melalui mulut.
2. Mastikasi:
proses mengunyah makanan oleh gigi.
3. Deglutisi:
proses menelan makanan di kerongkongan.
4. Digesti:
pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim,
terdapat di lambung.
5. Absorpsi:
proses penyerapan, terjadi di usus halus.
6. Defekasi:
pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui anus.
B.
Organ
saluran cerna
1. Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam
tubuh melalui mulut. Makanan ini mulai dicerna secara mekanis dan kimiawi. Terdapat
beberapa alat yang berperan dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan
kelenjar ludah (glandula salivales).
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan merupakan saluran panjang
(± 25 cm) yang tipis sebagai jalan bolus dari mulut menuju ke lambung. Fungsi kerongkongan
ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju lambung. Bagian dalam kerongkongan
senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang
terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan
licin Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui kerongkongan menuju
ke lambung.
3. Lambung
Lambung merupakan saluran pencernaan
yang berbentuk seperti kantung, terletak di bawah sekat rongga badan. Lambung terdiri
atas tiga bagian sebagai berikut:
a. Bagian
atas disebut kardiak, merupakan bagian yang ber- batasan dengan esofagus.
b. Bagian
tengah disebut fundus, merupakan bagian badan atau tengah lambung.
c. Bagian
bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan usus halus.
4. Usus
halus
Usus
halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar
25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini
berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses
penyerapan makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh
lipatan terhadap proses penyerapan.
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian
seperti berikut:
a. duodenum
(usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm,
b. jejunum
(usus kosong), panjangnya ± 7 m,
c. ileum
(usus penyerapan), panjangnya ± 1 m.
5. Usus
besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ±
1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon
descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum
(usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan
kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih
yang berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian
belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak
air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian
diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa
berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan
terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu
membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat
sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu
rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
C.
Kelainan
pada sistem pencernaan
Kelainan pada sistem pencernaan dapat
terjadi jika salah satu atau lebih proses pencernaan tidak berjalan dengan
baik. Seperti telah diketahui, proses pencernaan terbagi menjadi 2, yaitu
proses pencernaan secara mekanis dan proses pencernaan secara kimiawi. Sedikit
saja terjadi gangguan pada sistem pencernaan akan menyebabkan timbulnya
penyakit pada sistem pencernaan yang akan berpengaruh pada sistem metabolisme
tubuh. Berikut ini adalah beberapa macam gangguan pada sistem pencernaan atau
jenis-jenis penyakit pada sistem pencernaan: diare, konstipasi, ulkus peptik,
mual dan muntah, dispepsia dan refluk gastroesofageal, irritable bowel
syndrome, anoreksia, hemoroid dan lain-lain.
BAB
II
A.
Uraian
Penyakit
1.
Diare
Diare merupakan frekuensi abnormal dan keluarnya kotoran yang bersifat cair
dibandingkan pada keadaan normal. Diare terkait dengan penyakit spesifik
intestinal atau secara sekunder dari penyakit yang ada diluar intestinal.
Diare dibagi menjadi diare akut dan diare
kronik. Diare akut muncul secara tiba-tiba, setelah 72 jam agen masuk, ditandai
dengan munculnya gejala feses berair, lemah, perut sakit, kembung, kejang
perut bagian bawah dan berbunyi. Diare kronik terjadi setelah 2-3 kali agen
menyerang, terjadi lebih dari 14 hari dengan gejala berat badan menurun, lesu,
anoreksia dan demam. Bahaya utama diare adalah usus tidak bekerja dengan
sempurna sehingga banyak cairan yang keluar, menyebabkan keseimbangan cairan
dan elektrolit terrganggu, dehidarasi dan berakhir dengan kematian.
a.
Tanda
dan Gejala
1)
Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2)
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
kadang disertai wial dan wiata.
3)
Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4)
Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5)
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas
kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
6)
Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekan darah turun, denyut jantung cepat,
pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai
akibat hipovokanik.
7)
Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8)
Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
b.
Patofisiologi
Terdapat
4 mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air dan elektrolit yang
mengakibatkan trjadinya diare, yaitu:
1) Perubahan
transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi natrium atau
peningkatan sekresi klorida
2) Perubahan
motilitas usus
3) Peningkatan
osmolaritas luminal
4) Peningkatan
tekanan hidrostatik
2.
Konstipasi
Konstipasi dapat didefinisikan sebagai
kesulitan defekasi akibat tinja mengeras atau kelumpuhan otot polos usus,
berkurangnya frekuensi pengeluaran tinja dari kolon sigmoid melintasi rektum
ditandai dengan sulitnya tinja yang keras kering melintasi rectum. Konstipasi
disebabkan oleh adanya penyakit saluran cerna, penggunaan obat-obatan, diet
yang tidak tepat.
a.
Gejala dan tanda akan berbeda antara
seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum
ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah
sebagai berikut:
1)
perut terasa begah,
penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk
sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang
hamil).
2)
Tinja menjadi lebih
keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya
(kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat
berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah.
3)
Pada saat buang air
besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus mengejan
ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan
sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin).
5)
Bagian anus terasa
penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan
tinja yang panas dan keras.
6)
Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (bahkan
terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).
7)
Menurunnya frekuensi
buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari
sekali atau lebih).
8)
Terkadang mengalami mual
bahkan muntah jika sudah parah.
b.
Patofisologi
1) Konstipasi
bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala yang mengindikasikan adanya
penyakit atau masalah
2) Yang
dapat menyebabkan konstipasi antara lain kelainan saluran pencernaan, gangguan
metabolisme, gangguan endokrin.
3) Konstipasi
umumnya terjadi akibat dari rendahnya konsumsi serat atau penggunaan obat-obat
yang dapat menimbulkan konstipasi seperti opiat.
4) Konstipasi
kadang-kadang dapat juga diakibatkan oleh faktor psikologis.
3.
Ulkus
Peptik
Ulkus
peptik yaitu luka pada lambung atau usus
duabelas jari karena terjadi ketidakseimbangan antara faktor agresif (sekresi
asam lambung, pepsin, infeksi H. Pylory) dgn faktor defensif/pelindung
mukosa (prostaglandin, mukus gastrik, aliran darah mukosa).
a.
Tanda
dan Gejala
Gejala utama tukak lambung adalah panas dan
seperti digerogoti pada daerah lambung yang terjadi sekitar 30 menit sampai 3 jam. Rasa nyerinya sering ditafsirkan spt rasa terbakar, salah
cerna, atau lapar. Nyerinya umumnya terjadi di usus bagian atas, tetapi kadang
dapat juga terjadi di bawah tulang dada. Pada beberapa individu, nyeri dapat
terjadi segera setelah makan. Pada orang lain, nyeri mungkin tidak terjadi
sampai beberapa jam setelah makan. Nyerinya kadang bisa membangunkan orang pada
saat tidur malam. Gejala lainnya adalah kehilangan nafsu makan dan turun berat
badan. Tapi penderita tukak duodenum mungkin malah akan naik berat badannya,
karena ia akan lebih banyak makan untuk mengatasi gejala yang tidak enak di
perut. Selain itu, penderita tukak peptik dapat pula mengalami muntah yang
berulang, tinja berwarna kehitaman, atau darah pada tinja karena ada perdarahan
di lambung, atau anemia karena kekurangan darah, dll.
b.
Patofisiologi
Kebanyakan
tukak disebabkan oleh asam dan pepsin dari H.
Pylori, NSAID atau kemungkinan faktor lain yang mengganggu pertahanan
mukosa normal dan mekanisme penyembuhan. H.
Pylori dapat menyebabkan penyakit ulcer dengan merusak pertahanan mukosa
melalui kolaborasi racun dan enzim, dengan mengubah imunitas dan dengan
meningkatkan pengeluaran antral gastrin yang dapat meningkatkan sekresi asam.
Merokok dapat meningkatkan resiko tukak , mengganggu proses penyembuhan dan
kemungkinan penyakit ulcer dapat kambuh kembali.
4.
Mual dan Muntah
Mual
sering kali diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang dirasakan
ditenggorokan dan di daerah sekitar lambung, yang menandakan kepada bahwa ia
akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengleuaran isi lambung melalui
mulut yang seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat.
a.
Tanda
dan gejala
Perasaan
tidak enak pada perut, kembung, penuh.
b.
Patofisiologi
Mual
sangat erat dengan keinginan untuk muntah dan dikaitkan dengan kaku lambung.
Gerakan muntah yang tidak disadari adalah gerakan otot perut dan otot rongga
dadasebelum muntah. Tahapan akhir dari mual adalah muntah yaitu dorongan kuat
isi lambung karena retroperistalsis saluran cerna. Muntah dipicu oleh
rangsangan impuls afferen ke pusat muntah, sel-sel nukleus di medulla.
Rangsangan diterima dari pusat sensor. Saat terangsang, impuls aferen
diintegrasi di pusat pengatur muntah menghasilkan rangsangan ke pusat salivasi,
pusat pernafasan, faringeal, saluran cerna dan otot-otot perut yang menyebabkan
muntah.
5.
Dispepsia
Definisi
dispepsia sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang gastroenterologi
adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri
yang dirasakan di daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain
yaitu perasaan panas di dada dan perut, regurgitas, kembung, perut terasa
penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah dan banyak mengeluarkan
gas asam dari mulut. Sindroma dispepsia ini biasanya diderita selama beberapa
minggu /bulan yang sifatnya hilang timbul atau terus-menerus.
Dispepsia
merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi
III, 2000 hal : 488). Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia
organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.
b. Dispepsia non
organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak
jelas penyebabnya.
a.
Tanda dan gejala
Nyeri perut (abdominal discomfort), Rasa
perih di ulu hati,
Mual, kadang-kadang sampai muntah, Nafsu
makan berkurang,
Rasa lekas kenyang, Perut kembung, Rasa panas di dada dan perut,
Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
b.
Patofisiologi
Perubahan pola
makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin
dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi
kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan
erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi
demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
6.
Irritable
bowel Syndrome (IBS)
Irritable
bowel syndrome (IBS) adalah gangguan umum pada usus besar. Selama berlangsungnya
proses pencernaan, usus berkontraksi dan berelaksasi secara ritmik untuk
memperlancar proses pencernaan dan pergerakan makanan dari saluran usus ke
rektum. Namun demikian, pada kondisi tertentu, kontraksi usus lebih kuat dan
lebih lama dari biasanya, mengakibatkan pergerakan makanan melalui usus lebih
cepat, namun bisa juga berlangsung kondisi sebaliknya.
a.
Tanda
dan Gejala
sakit
perut atau ketidaknyamanan dalam hubungan dengan diare atau sembelit yang
sering, perubahan kebiasaan buang air besar [20]. Mungkin juga ada urgensi
untuk buang air besar, perasaan evakuasi tidak lengkap (tenesmus), kembung atau
distensi perut.
b.
Patofisiologi
Persepsi
viseral abnormal, Perubahan fungsi motoris, digestif Disfungsi motoris
ekstraintestinal, Abnormalitas sistem saraf otonom.
Faktor psikolog :
peranan stress kronik sukar digambarkan dan sudah dibahas dengan luas olehTrulove
dan Reinell (1972). Stress akut dapat menyebabkan diare dan hal ini
diterima oleh semua ahli. Pasca disentri : didahului oleh serangan akut diare.
Infeksi diare berlangsung terus setelah serangan akut menghilang. Diet dan
infeksi Faktor makanan : peranan makanan belum jelas diketahui. Namun terdapat
konstituen makanan yang belum diketahui yang menyebabkan diare. Kekurangan
sayur/buah penting, apabila konstipasi merupakan gejala dominan. Kadang-kadang
didapatkan proktitis ringan. Sementara hal ini merupakan sekunder terhadap
konstipasi, atau bersifat primer dan mencetuskan sindrom usus iritabel.
7.
Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi
pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.
Hemoroid adalah
bagian vena yang berdilatasi di dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi.
Pada usia 50 an, sekitar 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luasnya vena yang terkena.
Hemoroid
diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hemoroid interna yang terjadi diatas
sfingter anal dan hemoroid eksternal yang terjadi diluar sfingter anal.
a.
Tanda dan Gejala
Rasa gatal dan nyeri, Perdarahan berwarna merah terang pada saat
BAB, Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat
akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah
dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area
tersebut.
b.
Patofisiologi
Hemoroid adalah bantalan jaringan ikat
dibawah lapisan epitel saluran anus. Sebagai bantalan, maka ia berfungsi untuk:
1) Mengelilingi dan menahan anastomosis
antara arteri rektalis superior dengan vena rektalis superior, media, dan
inferior
2) Mengandung lapisan otot polos di bawah
epitel yang membentuk masa bantalan
3) Memberi informasi sensorik penting dalam
membedakan benda padat, cair, atau gas
4) Secara teoritis, manusia memiliki tiga
buah bantalan pada posterior kanan, anterior kanan, dan lateral kiri.
B.
Herbal
untuk sistem pencernaan
1.
Ginger
a.
Sinonim
Zingiberis rhizome (nama latin). Ingwer
(german), zerzero (Italia), gingembre (Prancis), ardhrakam (sansekerta). Jahe kering: gan
jiang (China), kankyo (Jepang). Jahe segar: sheng jiang (China), shokyo
(Jepang).
b.
Konstituen
Minyak atsiri (1-3%), termasuk
zingiberene, sesquiphellandrene dan beta-bisabolene. Pedas (panas): gingerols
1-2,5%, shogaols. Komponen tertinggi dalam jahe segar adalah
beta-sesquiphellandrene dan (-)-zingiberene dan membusuk selama pengeringan dan penyimpanan, gingerols secara
bertahap terurai menjadi shogaols pada penyimpanan.
c. Dosis
Akar segar setara 500-1000mg tiga kali sehari.
Akar kering setara
500mg2-4 kali sehari. Tablet jahe (500mg): satu tablet 2-4 kali per hari. 0,7-2 ml per hari 1: 2cair ekstrak, 1,7-5ml per hari 1: 5 tingtur.
d.
Kontra indikasi
Penggunaan
jahe mempunyai kontraindikasi pada pasien dengan batu empedu, kecuali
dibawah pengawasan, dan tidak boleh diberikan untuk mual di pagi hari selama
kehamilan. Namun, menurut pengobatan tradisional Cina jahe yang kering
harus digunakan hati-hati selama kehamilan mungkin merupakan pendekatan yang
lebih rasional. Dosis harian 2 g jahe kering tidak lebih pada kehamilan.
e.
Penggunaan dalam kehamilan dan menyusui
Tidak ada efek samping.Jahe telah digunakan dalam uji klinis pada
ibu hamil yang sedang mual.
f.
Efek samping
Pada dosis yang lebih
tinggi mempunyai efek pengencer darah dan
peningkatan aktivitas lambung dan kemungkinan mengarah ke
jantung. Penggunaan jahe secara topikal dapat menyebabkan dermatitis pada
pasien yang sensitif.
g.
Antiemetik dan aktivitas antinausea
Ekstrak aseton dan etanol dari jahe memberikan perlindungan yang signifikan
terhadap emesis induksi cisplatin pada anjing dengan dosis oral 25, 50, 100 dan 200 mg / kg. Jahe
ditemukan lebih unggul dari dimenhydrinate dan plasebo dalam mencegah gejala
penyakit gastrointestinal dari motion sickness. Gingerols dan shogaols
merupakan senyawa antiemetik utama. Grontved dan Hentzer menemukan jahe
yang secara signifikan mengurangi vertigo yang disebabkan oleh rangsangan panas
dari sistem vestibular (yaitu, irigasi telinga kiri dengan air pada 440c),
tetapi tidak berpengaruh pada jangka waktu atau kecepatan lambat-fase
maksimum nystagmus (paksa, gerakan ritmis bola mata). Grontved dan Hentzer
menyimpulkan bahwa akar jahe, selain untuk symphatomimetics dan
parasymphatolytics, juga menghambat impuls vestibular yang diinduksi ke
pusat-pusat otonom dari sistem saraf pusat (SSP).
Sebuah
tim ilmuwan Jepang menguji hipotesis bahwa jahe memberikan efek antiemetik
dengan memblokir reseptor serotonin (5-HT3 khususnya) dalam saluran
pencernaan. Jahe ditemukan berpotensi menghambat respon kontraktil ileum
marmot yang terisolasi serotonin, dan 8-gingerol lebih aktif daripada kontrol obat
(kokain). Selanjutnya 6-ginerol diamati untuk melawan efek muntah dari obat
sitotoksik siklofosfamid. Namun,
tidak jelas bagaimana reseptor 5-HT3 dipengaruhi oleh obat sitotoksik, meskipun
ada hubungan yang baik antara pemblokiran reseptor ini dan kemanjuran
antiemetik. Galanolactone, sebuah diterpenoid terisolasi dari jahe,
ditemukan menjadi antagonis kompetitif terutama pada reseptor 5-HT3, dengan
efek kurang pada subtipe reseptor 5-HT yang lain. Komponen jahe memiliki
efek antiemetik melalui antagonisme 5-HT3. Sebaliknya, penyelidikan
farmakologi Cina menyimpulkan bahwa jahe menghasilkan efek antimotion sickness
mungkin melalui efek antikolinergik dan antihistamin pusat dan perifer.
h.
Efek Antiulcer
asam
6-ginesulfonic menunjukkan kepedasan lemah dan lebih kuat daripada aktivitas
antiulcer 6-gingerol dan 6-shogaol. Oral spray-kering jahe ekstrak (500 mg
/ kg), ekstrak licorice (500 mg/ kg) atau kombinasi dari dua ekstrak (rikkunshi
1000 mg / kg) secara signifikan induksi etanol dapat mencegah kerusakan mukosa
lambung pada tikus
i.
Efek Pada Fungsi Pencernaan
Rebusan jahe segar menghasilkan efek
stimulan pada sekresi lambung. Diet jahe dapat meningkatkan aktivitas lipase
usus dan sukrosa disaccharidases dan maltase pada tikus.
Pemberian ekstrak jahe
pada tikus dapat meningkatkan sekresi empedu intraduodenal. Sekresi Total padatan empedu juga meningkat, tetapi tidak pada tingkat yang sama pada aliran
empedu. 6-gingerol dan10-gingerol
diidentifikasi sebagai komponen
aktif. Jahe
segar juga mengandung enzim proteolitik.
Ekstrak jahe hasil
isolasi 6-shogaol dan gingerol meningkatkan motilitas gastro internal setelah pemberian dosis
oral pada tikus. Komponen
jahe memiliki efek yang
sebanding dengan obat metoclopramide yaitu antinausea (maxolon) dan Domperidone (motilium). Kedua kontraksi 6-shogaol dan 6-gingerol
lambung ditekan pada tikus.
Aseton dan etanol
ekstrak jahe (dosis oral: 100, 200, 500mg/kg) dan sari jahe (2 atau4ml/kg) berbanding terbalik secara
signifikan pada induksi cisplatin
dalam mengosongkan lambung tikus. Jus jahe dan ekstrak aseton lebih efektif
dibandingkan ekstrak etanol dan yang dihasilkan oleh ekstrak aseton mirip
dengan yang disebabkan oleh ondansetron antagonis reseptor 5-HT3. Tetapi Jus Jahe menghasilkan pemulihan yang lebih baik dari
pada ondansetron. Oleh
karena itu mungkin jahe dapat digunakan dalam
gastrointestinal dari efek kemoterapi kanker.
Aktivitas Anticatharic
juga dikenal sebagai salah satu efek dari jahe. Dalam studi Jepang, ekstrak
jahe secara signifikan menghambat induksi serotonin diarrhea pada tikus.
2.
Daun Jambu Biji
a.
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium
guajava L.
b.
Sinonim
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang termasuk dalam
famili Myrt Guajava pyrifera
(L.) Kuntze, Myrtus guajava var. pyrifera (L.) Kuntze, Myrtus
guajava (L.) Kuntze, Psidium aromaticum, Psidium cujavillus
Burm. f., Psidium guajava var. cujavillum (Burman) Krug and Urb.,
Psidium guajava var. guajava, Psidium guava Griseb., Psidium
guayava Raddi, Psidium igatemyensis Barb. Rodr., Psidium
pomiferum L., Psidium pumilum var. guadalupense, Psidium
pumilum Vahl, Psidium pyriferum L.
c.
Konstituen
Daun jambu biji mempunyai zat aktif diantaranya adalah
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, dan pektin. Selain itu tanin juga
dapat menyerap racun dan menggumpalkan protein. Dalam penelitian terhadap daun
kering jambu biji yang digiling halus diketahui kandungan taninnya sampai
17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi kandungan taninnya, senyawa itu
bekerja sebagai astrengent yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar
(Winarno 1997).
Sedangkan menurut (Duke, 2004) tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) khususnya bagian daun
mengandung berbagai zat aktif diantaranya adalah amritoside, aromadendren,
avicularin, beta-sitosterol, calcium-oxalat, caryopphyllen-oxide,
catechol-tannins, crataegolic acid, EO, guajiverin, guaijaverin,
guavin-a,b,c,d, guajivolic-acid, nerolidiol, oleanolic-acid, psidiolic-acid,
quercetin, sugar, ursolic-acid, xantophyll, gallo catechin,ellagic-acid, fat,
genticid-acid, hyperocid, leucocyanidine, hyperocide, aslinic-acid. (Duke,
2004).
d.
Anti diare
Daun jambu telah diketahui mempunyai efek antidiare.
Daun dan kulit pohon Psidium guajava
sudah sering digunakan dalam pengobatan medis. Rebusan daun dan akar Psidii
guajava di India digunakan untuk mengobati diare. Ekstrak daun jambu biji dapat
menghambat pelepasan asetilkolin yang merupakan penyebab diare di saluran
cerna. dengan mengganggu proses
terbentuknya membran dan atau dinding sel. Tanin mempunyai sifat sebagai
pengelat berefek spasmolitik, yang menciutkan atau mengkerutkan usus sehingga
gerak peristaltik usus berkurang. Tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan
cara mengendapkan protein. Efek antibakteri tanin antara lain melalui: reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim,
dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik (14). Kuersetin menunjukkan
efek antibakteri dan antidiare dalam mengendurkan otot polos usus dan
menghambat kontraksi usus. Berdasarkan studi mengenai ekstrak daun jambu biji,
adanya kuersetin dapat menghambat pelepasan asetilkolin di saluran cerna.
Pemanfaatan
daun untuk pengobatan diare dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1)
Daun jambu segar sebanyak kurang lebih 30
g, dan segenggam tepung beras digongseng sampai kuning. Selanjutnya direbus
dalam dua gelas air sampai mendidih (selama 15 menit). Setelah dingin, di
saring dan air saringannya diminum. Cara ini dilakukan 2-3 kali dalam sehari.
3. Lidah Buaya (Aloe vera)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Family : Liliceae
Genus : Aloe
Species : Aloe vera
b. Sinonim
Ilat
boyo; Letah buaya; Jadam Lidah buaya (Indonesia), Crocodiles tongues (Inggris);
Jadam (Malaysia), Salvila (Spanyol), Lu hui (Cina).
c. Konstituen
1)
Eksudat
Eksudat
adalah getah yang keluar dari daun saat dilakukan pemotongan. Eksudat berbentuk
cair, berwarna kuning dan rasanya pahit. Zat- zat yang terkandung di dalam
eksudat adalah: 8- dihidroxianthraquinone (Aloe Emoedin) dan glikosida (Aloins), biasa
digunakan untuk pencahar.
2)
Gel
Gel
adalah bagian yang berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat bagian dalam
daun setelah eksudat dikeluarkan. Ada
beberapa zat terkandung di dalam gel seperti : Lignin, aloktin, campestrol,
β-sitosterol, dan acemannan yang mengatasi inflamasi serta lupeol, fenol dan
sulfur yang memiliki sifat antiseptik.
d. Pencahar (Laxative)
Beberapa
penelitian telah dilakukan untuk menevaluasi efek pencahar dari eksudat lidah
buaya pada manusia. Efek laksatif dari glikosida antrakuinon terdapat dalam
lidah buaya seperti aloin, aloe-emodin dan barbaloin. Kombinasi dari produk
yang mengandung celandine, aloe, dan psyllium dengan rasio (6:3:1) memberikan
pasien lebih sering buangn air besar, tinja yang lebih lunak, dan
ketergantungan laksatif yang sedikit dibandingkan dengan pasien plasebo dengan
konstipasi kronik.
e. Dosis
Produk
lidah buaya yang terstandarisasi tidak banyak dijumpai. Dosis yang
direkomendasikan untuk melunakan tinja yaitu 0,04 sampai 0,17 gram jus kering
(setara dengan 10-30 mg hidroksi antrakuinon). Kombinasi dari celandine (300mg)
ditambah aloe (150 mg) ditambah psyllium (50 mg). Dimulai dengan 1 kapsul
sehari kemudian dinaikan menjadi 3 kapsul sehari selama 28 hari memberi
perubahan yang baik pada pasien dengan konstipasi kronis.
4. Meadowsweet (Filipendula ulmaria L.)
a. Sinonim
Spirace ulmaria L. (botanical sinonim), filipendula, queen of the
meadow (engl), Spiraeae flos, flores ulmariae (Lat), madesussbluten,
spierblumen (Ger), fleur d’ulmaire, reine des pres, ulmaire (Fr), ulmaira
(Ital), almindelig, mjodurt (Dan).
b. Konstituen
Flavonoid
(3-5%) sebagian besar terdiri dari rutin dan glikosida Quersetin ; kaemferol
glikosida.
Glikosida fenolik, termasuk
spiraein (salicyaldehyde primveroside) di bagian bunga, monotropitin (metil
salisilat primverosida) di daun dan bunga
Minyak
atsiri (0,2% dari bunga) mengandung salisilaldehid (75%), feniletil alkohol
(3%), benzil alkohol (2%), metilsalisilat (1,3%) dan yang lain
Tannin (10-15%) terutama regosin-D.
c. Dosis
2,5-3,5 g bunga atau 4-5 g
herbal per hari
3-6 ml dari 1:2 ekstrak cair
per hari, 7,5-15 ml dari 1:5 tingtur per hari.
d. Antiulcerogenic activity
Decoction (1:10, 1:20) dari bung meadowsweet menurunkan efek
ulcerogenic prosedur seperti ligasi
dari pilorus pada tikus dan menurunkan lesi pada kelenjar dari perut setelah
injeksi reserpine pada tikus. Dekoksi juga efektif dalam melindungi lesi perut
yang diinduksi dengan asam asetilsalisilat, dan juga menyembuhkan lesi pada lambung
yang diinduksi dengan etanol pada tikus.
e. Antimikroba
Secara
in-vitro telah menunjukan efek antimikroba dari rizoma, daun, bunga dan batang
bagian atas terhadap : Staphylococcus aureus haemolyticus,
streptococcus pyogenes haemolyticus, E coli, Shigella flaxneri, Klebsiella
pneumoniae dan Bacillus subtilis.
5. Chamomile (Matricaria recutita L.
Rauchert)
a. Sinonim
Matricaria chamomilla L.,
Chamomilla recutita L. Ruschert (botanical synonyms), German chamomille,
wild chamomille, matricaria (engl), matricaria flos (Lat), kamillenbluten,
Feldkamille (Ger), fleur de camomile, matricaire (Fr), camomilla (Ital),
kamille (Dan).
b. Konstituen
Minyak
atsiri (0,5-1,5%), mengandung (-) –alpha- bisabolol (levomenol), chamazulene,
bisabolol oxide A, B, C; cis- dan trans-en-yn-disikloeter (d, terutama apigenin
7-glicoside, destilasi batang).
Flavonoid (0,5-3%) flavonoid
aglikon, kumarin (herniarin dan umbelliferon), asam fenolat, musilago, GABA.
Variasi
kandungan dari konstituen aktif tergantung dari jenis tanaman chamomile itu
sendiri. European Pharmacopoeia menetapkan
chamomile mengandung tidak kurang dari 4 ml/kg minyak atsiri biru.
c. Dosis
2-3 gram per hari bunga kering
atau infusa.
3-6 ml per hari dari 1:2
ekstrak cair, 7-14 ml per hari 1:5 tingtur; etanol 50% adalah pelarut ekstraksi
yang biasa digunakan.
Infusa atau
sediaan semisolid mengandung 3-10% bunga atau setara untuk penggunaan gargle.
d. Antispasmodic activity
Ekstrak
chamomille dan beberapa konstituen menunjukan efektifitas antispasmodik pada
ileum marmut yang diisolasi. (-)-Alpha-bisabolol, bisabolol oxide A dan B dan
minyak chamomile efektifitas antispasmidic mirip dengan papaver. Minyak atsiri
menunjukan efek yang paling rendah. Flavon apigenin, luteolin, patuletin, dan
kuersetin menunjukan tanda efek antispasmodi, dimana apigenin adalah yang
paling potensial dari pada yang lain tapi lebih rendah dari pada papaverine.
e. Antiulcer
Ekstrak
chamomile menunjukan efek antipeptic ulcer secara in-vitro (-)- Alpha-bisabolol
menghambat kejadian peptic ulcer yang diinduksi dengan indhomethacin, stress
atau ethanol pada tikus. Kesembuhan dari ulcer juga teramati. Ekstrak chamomile
yang terstandarisasi juga menunjukan aktifitas perlindungan ulcer. Pemberian
secara oral (-)-Alpha-bisabolol menunjukan efek perlindungan terhadap efek
toksik terhadap lambung dari asam asetilsalisilat pada tikus.
6. Turmeric (Curcuma longa)
a. Sinonim
curcuma domestica Val. (botanical synonym), Indian saffron (Engl),
kurkumawurzelstok, Gelbwurzel (Ger), rhizome de curcuma, safran de indes (Fr),
gurkemeje (dan), jianghuang (chin), shati (sanskrit).
b. Konstituen
Minyak
atsiri (3-5%), mengandung sekuiterpen keton (65%btermasuk ar-turmerone), zingiberene (25%), phellandrene, sabinene, sineole,
borneol.
Yellow
pigments (3-6%) diketahui sebagai diaryheptanoids, termasuk curcumin dan
methoxylated curcumins.
c. Dosis
Untuk IBS,
pasien diberikan 60 mg curcuma
xanthorriza 3 kali sehari selama 18 minggu
Untuk
gastric ulcer, studi klinis menggunakan 250 mg kapsul serbuk akar kunyit 4 kali
sehari.
d. Efek pada saluran pencernaan
Penelitian
awal menunjukan bahwa minyak atsiri dari kunyit dan curcumin meningkatkan
sekresi empedu. Ketika injeksi curcumin dan minyak atsiri meningkatkan sekresi
empedu, ekstrak airnya tidak efektif. Pada dosis yang lebih tinggi total
eksresi dari garam empedu, billirubin dan kolesterol meningkat.
Kunyit
telah digunakan secara tradisional untuk mengatasi berbagai macam masalah
gastrointestinal, khususnya pencernaan yang berhubungan dengan makanan lemak.
Pada RCT dari 116 pasien 71% pasien diberikan kunyit mengalami tanda perlu
pertolongan, terutama kunyit mungkit menyebabkan iritasi lambung pada dosis
tinggi atau berkepanjangan.
7. Asparagus (Asparagus officinalis)
a. Mekanisme aksi
Mekanisme
yang pasti untuk asparagus pada dispepsia belumlah jelas, tetapi penelitian
menunjukan mekanisme asparagus mungkin sebagai antagonis dopamin ringan.
b. Penelitian sains untuk efektifitas asparagus
Asparagus
digunakan telah di ayurveda untuk dispepsia. Pada suatu Studi pendahulan,
asparagus dibandingkan dengan metoclopramide (reglan). Hasil menunjukan
asparagus setara denga metoclopramide untuk menurunkan waktu pengosongan perut.
Bau yang tajam ditunjukan oleh beberapa orang setelah mengkonsumsi asparagus,
membuat percobaan plasebo terkontrol sulit dikendalikan.
c. Dosis
Dosis
efektif asparagus untuk dispepsie belum terdeterminasi. Pada sebuah studi
menggunakan 2 g serbuk akar asparagus pada pagi hari selama 2 hari.
8. Fennel / adas (Foeniculum vulgare)
a. Plant origin
sebagian
besar terdapat di wilayah mediterania, sekarang telah di kultifasi di eropa,
asia, sebagian afrika dan amerika latin. Diimpor dari cina, mesir, bulgaria,
hungaria dan rumania.
b. Sinonim
Fennel
fruit or seed (engl), fenchel, bitterfenchel (Ger), fruit de fenouil, Aneth
doux (Fr), adas.
c. Konstituen
2-6% minyak
atsiri, terdiri dari 50-70% minyak agak
manis trans-anethole. 20% minyak
pahit dan champoraceous (+)-fenchone.selain itu terdapat metilchavicol,
anisaldehid, dan beberapa hidrokarbon terpenoid, termasuk alpha-pipene, alpha-phellandrene,
dan limonene.
d. Indikasi
Sebagai
sekretomotor, sekretolitik, dan antiseptik ekspektoran, meningkatkan motilitas
usus, spasmolitik dan karminatif pada gangguan pencernaan ringan.
e. Kolitis
Emulsi
minyak biji adas dengan kombinasi herbal teh yang mengandung adas (dengan
chamomile, vervian, licorise, balm-mint) menurunkan kolik anak-anak pada
percobaan RCT. Penggunaan emulsi minyak biji adas menghilangkan kolik pada 65%
anak-anak (40/62). Juga ditemukan penurunan kolik pada anak-anak.
Pasien
dengan kolitis nonspesifik yang menkonsumsi kombinasi herbal produk yang
mengandung adas ditambah dandelion, st john’s wort, calendula dan lemon balm
menunjukan secara spontan berkurangnya rasa sakit di sekitar usus besar.
f.
Dosis
Untuk kolik
infantile dengan umur 2-12 minggu, 0,1% minyak biji adas dalam emulsi air dan
0,4% polysorbate-80 digunakan selama 1 minggu.
C. Contoh
Produk
Obat Alam
1.
LAXING
Komposisi:
Setiap kapsul LAXING mengandung
ekstrak:
Sennae fructus (buah sena) 100
mg
Aloe (lidah buaya) 33 mg
Foeniculi semen (biji adas) 60 mg
Aleuritidis endosperm (daging biji
kemiri) 60 mg
Khasiat
dan Kegunaan:
-
Membantu melancarkan
buang air besar tanpa menyebabkan rasa mulas dan mencret
-
Membantu melunakkan
tinja
Takaran
pemakaian:
1-2 kapsul diminum sebelum tidur
Kandungan
LAXING
1.
Sennae fructus (Buah
Senna):
Kandungan
aktif :
Daun
dan biji Senna mengandung glikosida antrasena yaitu senosida A,B,C,D,E,F;
glikosida rhein, sejumlah kecil aloeemodin, musilago (10%), flavonoid (turunan
kaemferol), glikosida naftalena, isoramnetin, asam krisofanat, senakrol,
senapikrin, katartomanit, ß-sitosterol.
Bekerja
dengan merangsang secara langsung dinding usus => peningkatan peristaltik
dan pengeluaran isi usus dengan cepat (mempercepat waktu transit makanan di
usus) serta meningkatkan konsentrasi air dalam usus dan melunakkan tinja.
2.
Aloe (lidah buaya):
Kandungan
aktif :
Aloin,
barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, aloesin.
Khasiat
pencaharnya berdasarkan rangsangan mekanis dan kimiawi terhadap dinding usus
ditambah dengan pelunakan tinja.
3.
Biji Adas & Daging
Biji Kemiri :
Bekerja
sinergis, membantu mempercepat defekasi (BAB) dan melunakkan tinja (feces)
Simplisia dan Menkanisme
Aksi
|
Bahan Tanaman
|
Kandungan
|
Efek Farmakologi
|
Khasiat
|
Kegunaan
|
|
Buah sena
|
Glikosida antrasena
|
Laksatif
|
mempercepat waktu
transit makanan di usus, melunakan tinja
|
BAUK
|
|
Lidah buaya
|
Alloin
|
Laksatif
|
Memperlancar buang
air besar
|
BAUK
|
|
Biji adas
|
Trans-anetol
|
Pengaroma
|
Aroma khas, enak
|
Corrigen odoris
|
|
Daging biji kemiri
|
Saponin
|
Laksatif
|
Memperlancar buang
air besar
|
BAUK
|
A.
Nodiar
(Kimia Farma)
Komposisi
:
Tiap tablet
mengandung : Attapulgite ................ 300 mg
Psidii
Folium Extract ................... 50 mg
Curcuma
domestica Rhizoma Extract .... 7.5 mg
Khasiat dan kegunaan
Untuk diare
non spesifik
Dosis
Dewasa dan anak-anak
(>12 tahun): 2 tablet/2 sendok takar setiap setelah buang air besar,
maksimum penggunaan 12 tablet / 12 sendok takar dalam waktu 24 jam.
Anak-anak (6 - <12
tahun): 1 tablet/1 sendok takar setiap setelah buang air besar, maksimum
penggunaan 6 tablet/6 sendok takar dalam waktu 24 jam.
Kandungan
Nodiar
1. Attapulgite
Attapulgite koloid aktif adalah
alumunium silikat alamiah yang telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara
pemanasan untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya. Berupa serbuk
sangat halus, mempunyai pH antara 7,0-9,5. Attapulgite koloid aktif yang memiliki daya
adsorpsi digunakan sebagai adsorben pada pengobatan diare.
2. Daun
jambu biji
a. Kandungan
Kimia
Buah, daun dan kulit
batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang pada bunganya tidak banyak
mengandung tanin.
b. Komposisi
Kimia
Daun jambu biji
mengandung total minyak 6% dan minyak atsiri 0,365%, 3,15% resin, 8,5% tannin,
dan lain-lain. Komposisi utama minyak atsiri yaitu ±-pinene, ²-pinene
limonene, menthol, terpenyl acetate, isopropyl alcohol, longicyclene,
caryophyllene, ²- bisabolene, caryophyllene oxide, ²- copanene, farnesene,
humulene, selinene, cardinene and curcumene. Minyak atsiri dari daun jambu biji
juga mengandung nerolidiol, ²-sitosterol, ursolic, crategolic, dan guayavolic
acids.
Daun jambu biji juga
mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam
psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.
Kandungan buah jambu biji (100 gr) – Kalori 49 kal – Vitamin A 25 SI – Vitamin
B1 0,02 mg – Vitamin C 87 mg – Kalsium 14 mg – Hidrat Arang 12,2 gram – Fosfor
28 mg – Besi 1,1 mg – Protein 0,9 mg – Lemak 0,3 gram – Air 86 gram
c.
Mengobati diare
Bagian
dari jambu biji yang digunakan untuk mengobati diare pada umumnya adalah bagian
daun. Daun jambu biji mengandung tannin dan zat lain seperti minyak atsiri,
asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin
dan vitamin. Vieira; dkk. (2001) melalui penelitiannya telah membuktikan bahwa
ekstrak daun jambu biji dalam etanol, aseton, dan air dapat menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab diare yaitu Staphylococcus aureus dan E. Coli.
3. Kunyit
Kunyit
mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak
10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak
1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri
dari Keton
sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,
Zingiberen 25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil.
Kunyit juga mengandung Lemak
sebanyak 1-3%, Karbohidrat sebanyak
3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin
C 45-55%, dan garam-garam mineral,
yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.
Simplisia dan
Mekanisme Aksi
|
Bahan Tanaman
|
Kandungan
|
Efek Farmakologi
|
Khasiat
|
Kegunaan
|
|
Daun jambu biji
|
Tanin
|
adstringen
|
Memperkecil pori-pori
|
BAUK
|
|
Kunyit
|
Kurkumin
|
stomakik
|
Sakit perut
|
BAPK
|
DAFTAR PUSTAKA
Bisset,
N.G., 1994, Herbal Drug and Phytopharmaceuticals, Stuttgart : Medpharm Scientific
Publishers.
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia.
Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.
Heyne,
K., 1987, Tumbuhan obat berguna Indonesia,
Jakarta : Badan Litbang Kehutanan
Mardisiswojo, S., Harsono, R., 1987,
Cabe puyang warisan nenek moyang,
Jakarta : Balai pustaka
Mill,S. &
Bone,K., 2000, Principles and Practice in Phytotherapy Modern Herbal
Medicine, Edinburg, Toronto : Churchil Livingstone
Phillip,R.B., 2004, Herbal-Drug
Interactions and Adverse Effects – An Evidense Based Quick Reference Guide,
New York, Toronto : McGraw-Hill Medical Publishing Division
Schule,V.,
Hansel, R., Tyler,V.E., 1997, Rational Phytotherapy, Springer, Berlin.
0 komentar:
Posting Komentar