Senin, 08 September 2014

Fitoterapi Saluran Cerna


BAB I
Pendahuluan
A.     Sistem saluran cerna
Sistem saluran cerna, mulut, kerongkongan, lambung dan usus adalah pintu gerbang bagi zat-zat gizi dari makanan, vitamin, mineral dan cairan ke dalam tubuh. Fungsi sistem ini adalah mencernakan makanan dengan cara menghaluskan kemudian mengubah secara kimiawi ketiga bagian utamanya (protein, lemak dan karbohidrat) menjadi unit-unit yang siap diresorpsi tubuh. Proses pencernaan ini dibantu oleh enzim-enzim pencernaan yang terdapat pada ludah, getah lambung, dan getah pankreas. Produk-produk hasil pencernaan yang berfaedah bagi tubuh beserta vitamin, mineral dan cairan, melintasi selaput lendir usus untuk masuk ke aliran darah dan sistem getah bening.
Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan meliputi hal-hal berikut.
1.     Ingesti: pemasukan makanan ke dalam tubuh melalui mulut.
2.      Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi.
3.      Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan.
4.      Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim, terdapat di lambung.
5.      Absorpsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus.
6.      Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui anus.
B.     Organ saluran cerna
1.      Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan ini mulai dicerna secara mekanis dan kimiawi. Terdapat beberapa alat yang berperan dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (glandula salivales).


2.       Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang tipis sebagai jalan bolus dari mulut menuju ke lambung. Fungsi kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju lambung. Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan licin Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui kerongkongan menuju ke lambung.
3.      Lambung
Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, terletak di bawah sekat rongga badan. Lambung terdiri atas tiga bagian sebagai berikut:
a.       Bagian atas disebut kardiak, merupakan bagian yang ber- batasan dengan esofagus.
b.      Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan atau tengah lambung.
c.       Bagian bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan usus halus.
4.      Usus halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar 25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh lipatan terhadap proses penyerapan.
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut:
a.       duodenum (usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm,
b.      jejunum (usus kosong), panjangnya ± 7 m,
c.       ileum (usus penyerapan), panjangnya ± 1 m.



5.      Usus besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
C.     Kelainan pada sistem pencernaan
Kelainan pada sistem pencernaan dapat terjadi jika salah satu atau lebih proses pencernaan tidak berjalan dengan baik. Seperti telah diketahui, proses pencernaan terbagi menjadi 2, yaitu proses pencernaan secara mekanis dan proses pencernaan secara kimiawi. Sedikit saja terjadi gangguan pada sistem pencernaan akan menyebabkan timbulnya penyakit pada sistem pencernaan yang akan berpengaruh pada sistem metabolisme tubuh. Berikut ini adalah beberapa macam gangguan pada sistem pencernaan atau jenis-jenis penyakit pada sistem pencernaan: diare, konstipasi, ulkus peptik, mual dan muntah, dispepsia dan refluk gastroesofageal, irritable bowel syndrome, anoreksia, hemoroid dan lain-lain.




BAB II
A.     Uraian Penyakit
1.      Diare
Diare merupakan frekuensi abnormal dan  keluarnya kotoran yang bersifat cair dibandingkan pada keadaan normal. Diare terkait dengan penyakit spesifik intestinal atau secara sekunder dari penyakit yang ada diluar intestinal.
Diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronik. Diare akut muncul secara tiba-tiba, setelah 72 jam agen masuk, ditandai dengan munculnya gejala feses berair, lemah, perut sakit, kembung, kejang perut bagian bawah dan berbunyi. Diare kronik terjadi setelah 2-3 kali agen menyerang, terjadi lebih dari 14 hari dengan gejala berat badan menurun, lesu, anoreksia dan demam. Bahaya utama diare adalah usus tidak bekerja dengan sempurna sehingga banyak cairan yang keluar, menyebabkan keseimbangan cairan dan elektrolit terrganggu, dehidarasi dan berakhir dengan kematian.
a.      Tanda dan Gejala
1)      Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2)      Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3)      Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4)      Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5)      Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6)      Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7)      Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8)      Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
b.      Patofisiologi
Terdapat 4 mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air dan elektrolit yang mengakibatkan trjadinya diare, yaitu:
1)      Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi natrium atau peningkatan sekresi klorida
2)      Perubahan motilitas usus
3)      Peningkatan osmolaritas luminal
4)      Peningkatan tekanan hidrostatik
2.      Konstipasi
Konstipasi dapat didefinisikan sebagai kesulitan defekasi akibat tinja mengeras atau kelumpuhan otot polos usus, berkurangnya frekuensi pengeluaran tinja dari kolon sigmoid melintasi rektum ditandai dengan sulitnya tinja yang keras kering melintasi rectum. Konstipasi disebabkan oleh adanya penyakit saluran cerna, penggunaan obat-obatan, diet yang tidak tepat.
a.      Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makanhormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
1)      perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).
2)      Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah.
3)      Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin).
4)      Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
5)      Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
6)      Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).
7)      Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
8)      Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
9)      Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.
b.      Patofisologi
1)      Konstipasi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala yang mengindikasikan adanya penyakit atau masalah
2)      Yang dapat menyebabkan konstipasi antara lain kelainan saluran pencernaan, gangguan metabolisme, gangguan endokrin.
3)      Konstipasi umumnya terjadi akibat dari rendahnya konsumsi serat atau penggunaan obat-obat yang dapat menimbulkan konstipasi seperti opiat.
4)      Konstipasi kadang-kadang dapat juga diakibatkan oleh faktor psikologis.

3.      Ulkus Peptik
Ulkus peptik yaitu luka pada lambung atau usus duabelas jari karena terjadi ketidakseimbangan antara faktor agresif (sekresi asam lambung, pepsin, infeksi H. Pylory) dgn faktor defensif/pelindung mukosa (prostaglandin, mukus gastrik, aliran darah mukosa).
a.      Tanda dan Gejala  
Gejala utama tukak lambung adalah panas dan seperti digerogoti pada daerah lambung yang terjadi sekitar 30 menit sampai 3 jam. Rasa nyerinya sering ditafsirkan spt rasa terbakar, salah cerna, atau lapar. Nyerinya umumnya terjadi di usus bagian atas, tetapi kadang dapat juga terjadi di bawah tulang dada. Pada beberapa individu, nyeri dapat terjadi segera setelah makan. Pada orang lain, nyeri mungkin tidak terjadi sampai beberapa jam setelah makan. Nyerinya kadang bisa membangunkan orang pada saat tidur malam. Gejala lainnya adalah kehilangan nafsu makan dan turun berat badan. Tapi penderita tukak duodenum mungkin malah akan naik berat badannya, karena ia akan lebih banyak makan untuk mengatasi gejala yang tidak enak di perut. Selain itu, penderita tukak peptik dapat pula mengalami muntah yang berulang, tinja berwarna kehitaman, atau darah pada tinja karena ada perdarahan di lambung, atau anemia karena kekurangan darah, dll.
b.      Patofisiologi
Kebanyakan tukak disebabkan oleh asam dan pepsin dari H. Pylori, NSAID atau kemungkinan faktor lain yang mengganggu pertahanan mukosa normal dan mekanisme penyembuhan. H. Pylori dapat menyebabkan penyakit ulcer dengan merusak pertahanan mukosa melalui kolaborasi racun dan enzim, dengan mengubah imunitas dan dengan meningkatkan pengeluaran antral gastrin yang dapat meningkatkan sekresi asam. Merokok dapat meningkatkan resiko tukak , mengganggu proses penyembuhan dan kemungkinan penyakit ulcer dapat kambuh kembali.

4.      Mual dan Muntah
Mual sering kali diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang dirasakan ditenggorokan dan di daerah sekitar lambung, yang menandakan kepada bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengleuaran isi lambung melalui mulut yang seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat.
a.      Tanda dan gejala
Perasaan tidak enak pada perut, kembung, penuh.

b.      Patofisiologi
Mual sangat erat dengan keinginan untuk muntah dan dikaitkan dengan kaku lambung. Gerakan muntah yang tidak disadari adalah gerakan otot perut dan otot rongga dadasebelum muntah. Tahapan akhir dari mual adalah muntah yaitu dorongan kuat isi lambung karena retroperistalsis saluran cerna. Muntah dipicu oleh rangsangan impuls afferen ke pusat muntah, sel-sel nukleus di medulla. Rangsangan diterima dari pusat sensor. Saat terangsang, impuls aferen diintegrasi di pusat pengatur muntah menghasilkan rangsangan ke pusat salivasi, pusat pernafasan, faringeal, saluran cerna dan otot-otot perut yang menyebabkan muntah.
5.      Dispepsia
 Definisi dispepsia sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang gastroenterologi adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain yaitu perasaan panas di dada dan perut, regurgitas, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah dan banyak mengeluarkan gas asam dari mulut. Sindroma dispepsia ini biasanya diderita selama beberapa minggu /bulan yang sifatnya hilang timbul atau terus-menerus.
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a.       Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.
b.      Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

a.      Tanda dan gejala
Nyeri perut (abdominal discomfort), Rasa perih di ulu hati, Mual, kadang-kadang sampai muntah, Nafsu makan berkurang, Rasa lekas kenyang, Perut kembung, Rasa panas di dada dan perut, Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
b.      Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
6.      Irritable bowel Syndrome (IBS)
Irritable bowel syndrome (IBS) adalah gangguan umum pada usus besar. Selama berlangsungnya proses pencernaan, usus berkontraksi dan berelaksasi secara ritmik untuk memperlancar proses pencernaan dan pergerakan makanan dari saluran usus ke rektum. Namun demikian, pada kondisi tertentu, kontraksi usus lebih kuat dan lebih lama dari biasanya, mengakibatkan pergerakan makanan melalui usus lebih cepat, namun bisa juga berlangsung kondisi sebaliknya.
a.      Tanda dan Gejala
sakit perut atau ketidaknyamanan dalam hubungan dengan diare atau sembelit yang sering, perubahan kebiasaan buang air besar [20]. Mungkin juga ada urgensi untuk buang air besar, perasaan evakuasi tidak lengkap (tenesmus), kembung atau distensi perut.


b.      Patofisiologi
Persepsi viseral abnormal, Perubahan fungsi motoris, digestif Disfungsi motoris ekstraintestinal, Abnormalitas sistem saraf otonom.
Faktor psikolog : peranan stress kronik sukar digambarkan dan sudah dibahas dengan luas olehTrulove dan Reinell (1972). Stress akut dapat menyebabkan diare dan hal ini diterima oleh semua ahli. Pasca disentri : didahului oleh serangan akut diare. Infeksi diare berlangsung terus setelah serangan akut menghilang. Diet dan infeksi Faktor makanan : peranan makanan belum jelas diketahui. Namun terdapat konstituen makanan yang belum diketahui yang menyebabkan diare. Kekurangan sayur/buah penting, apabila konstipasi merupakan gejala dominan. Kadang-kadang didapatkan proktitis ringan. Sementara hal ini merupakan sekunder terhadap konstipasi, atau bersifat primer dan mencetuskan sindrom usus iritabel.
7.      Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi di dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50 an, sekitar 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena.
Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hemoroid interna yang terjadi diatas sfingter anal dan hemoroid eksternal yang terjadi diluar sfingter anal.
a.      Tanda dan Gejala
Rasa gatal dan nyeri, Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB, Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.


b.      Patofisiologi
     Hemoroid adalah bantalan jaringan ikat dibawah lapisan epitel saluran anus. Sebagai bantalan, maka ia berfungsi untuk:
1)      Mengelilingi dan menahan anastomosis antara arteri rektalis superior dengan vena rektalis superior, media, dan inferior
2)      Mengandung lapisan otot polos di bawah epitel yang membentuk masa bantalan
3)      Memberi informasi sensorik penting dalam membedakan benda padat, cair, atau gas
4)      Secara teoritis, manusia memiliki tiga buah bantalan pada posterior kanan, anterior kanan, dan lateral kiri.
B.     Herbal untuk sistem pencernaan
1.      Ginger
a.      Sinonim
Zingiberis rhizome (nama latin). Ingwer (german), zerzero (Italia), gingembre (Prancis),  ardhrakam (sansekerta). Jahe kering: gan jiang (China), kankyo (Jepang). Jahe segar: sheng jiang (China), shokyo (Jepang).
b.      Konstituen
Minyak atsiri (1-3%), termasuk zingiberene, sesquiphellandrene dan beta-bisabolene. Pedas (panas): gingerols 1-2,5%, shogaols. Komponen tertinggi dalam jahe segar adalah beta-sesquiphellandrene dan (-)-zingiberene dan membusuk selama  pengeringan dan penyimpanan, gingerols secara bertahap terurai menjadi shogaols pada penyimpanan.
c.       Dosis
Akar  segar setara 500-1000mg tiga kali sehari. Akar  kering setara 500mg2-4 kali sehari.  Tablet jahe (500mg): satu tablet 2-4 kali per hari. 0,7-2 ml per hari 1: 2cair ekstrak, 1,7-5ml per hari 1: 5 tingtur.
d.      Kontra indikasi
Penggunaan  jahe mempunyai kontraindikasi pada pasien dengan batu empedu, kecuali dibawah pengawasan, dan tidak boleh diberikan untuk mual di pagi hari selama kehamilan. Namun, menurut  pengobatan tradisional Cina jahe yang kering harus digunakan hati-hati selama kehamilan mungkin merupakan pendekatan yang lebih rasional. Dosis harian 2 g jahe kering tidak lebih pada kehamilan.
e.      Penggunaan dalam kehamilan dan menyusui
Tidak ada efek samping.Jahe telah digunakan dalam uji klinis pada ibu hamil yang sedang mual.
f.        Efek samping
Pada dosis yang lebih tinggi mempunyai efek pengencer darah dan peningkatan aktivitas  lambung dan kemungkinan mengarah ke jantung. Penggunaan jahe secara topikal dapat menyebabkan dermatitis  pada pasien yang sensitif.
g.      Antiemetik dan aktivitas antinausea 
Ekstrak  aseton dan etanol dari  jahe memberikan perlindungan yang signifikan terhadap emesis induksi cisplatin pada anjing dengan  dosis oral 25, 50, 100 dan 200 mg / kg. Jahe ditemukan lebih unggul dari dimenhydrinate dan plasebo dalam mencegah gejala penyakit gastrointestinal dari motion sickness. Gingerols dan shogaols merupakan senyawa antiemetik utama. Grontved dan Hentzer menemukan jahe yang secara signifikan mengurangi vertigo yang disebabkan oleh rangsangan panas dari sistem vestibular (yaitu, irigasi telinga kiri dengan air pada 440c), tetapi tidak berpengaruh pada jangka waktu atau kecepatan lambat-fase maksimum nystagmus (paksa, gerakan ritmis bola mata). Grontved dan Hentzer menyimpulkan bahwa akar jahe, selain untuk symphatomimetics dan parasymphatolytics, juga menghambat impuls vestibular yang diinduksi ke pusat-pusat otonom dari sistem saraf pusat (SSP).
Sebuah tim ilmuwan Jepang menguji hipotesis bahwa jahe memberikan efek antiemetik dengan memblokir reseptor serotonin (5-HT3 khususnya) dalam saluran pencernaan. Jahe ditemukan berpotensi menghambat respon kontraktil ileum marmot yang terisolasi serotonin, dan 8-gingerol lebih aktif daripada kontrol obat (kokain). Selanjutnya 6-ginerol diamati untuk melawan efek muntah dari obat sitotoksik  siklofosfamid. Namun, tidak jelas bagaimana reseptor 5-HT3 dipengaruhi oleh obat sitotoksik, meskipun ada hubungan yang baik antara pemblokiran reseptor ini dan kemanjuran antiemetik. Galanolactone, sebuah diterpenoid terisolasi dari jahe, ditemukan menjadi antagonis kompetitif terutama pada reseptor 5-HT3, dengan efek kurang pada subtipe reseptor 5-HT yang lain.  Komponen jahe memiliki efek antiemetik melalui antagonisme 5-HT3. Sebaliknya, penyelidikan farmakologi Cina menyimpulkan bahwa jahe menghasilkan efek antimotion sickness mungkin melalui efek antikolinergik dan antihistamin pusat dan perifer. 
h.      Efek Antiulcer
asam 6-ginesulfonic menunjukkan kepedasan lemah dan lebih kuat daripada aktivitas antiulcer 6-gingerol dan 6-shogaol. Oral spray-kering jahe ekstrak (500 mg / kg), ekstrak licorice (500 mg/ kg) atau kombinasi dari dua ekstrak (rikkunshi 1000 mg / kg) secara signifikan induksi etanol dapat mencegah kerusakan mukosa lambung pada tikus
i.        Efek Pada Fungsi Pencernaan
Rebusan jahe segar menghasilkan efek stimulan pada sekresi lambung. Diet jahe dapat meningkatkan aktivitas lipase usus dan sukrosa disaccharidases dan maltase pada tikus.
Pemberian ekstrak jahe pada tikus dapat meningkatkan sekresi empedu intraduodenal. Sekresi Total padatan empedu juga meningkat, tetapi tidak pada tingkat yang sama pada aliran empedu. 6-gingerol dan10-gingerol diidentifikasi sebagai komponen aktif. Jahe segar juga mengandung enzim proteolitik.
Ekstrak jahe hasil isolasi 6-shogaol dan gingerol meningkatkan motilitas gastro internal setelah pemberian dosis oral pada tikus. Komponen jahe memiliki efek yang sebanding dengan obat metoclopramide yaitu antinausea (maxolon) dan Domperidone (motilium). Kedua kontraksi 6-shogaol dan 6-gingerol lambung ditekan pada tikus.
Aseton dan etanol ekstrak jahe (dosis oral: 100, 200, 500mg/kg) dan sari jahe (2 atau4ml/kg) berbanding terbalik secara signifikan pada induksi cisplatin dalam mengosongkan lambung tikus. Jus jahe dan ekstrak aseton lebih efektif dibandingkan ekstrak etanol dan yang dihasilkan oleh ekstrak aseton mirip dengan yang disebabkan oleh ondansetron antagonis reseptor 5-HT3. Tetapi Jus Jahe menghasilkan pemulihan yang lebih baik dari pada ondansetron. Oleh karena itu mungkin jahe dapat digunakan dalam gastrointestinal dari efek kemoterapi kanker.
Aktivitas Anticatharic juga dikenal sebagai salah satu efek dari jahe. Dalam studi Jepang, ekstrak jahe secara signifikan menghambat induksi serotonin diarrhea pada tikus.

2.      Daun Jambu Biji
a.      Klasifikasi

Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L.
b.      Sinonim
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang termasuk dalam famili Myrt Guajava pyrifera (L.) Kuntze, Myrtus guajava var. pyrifera (L.) Kuntze, Myrtus guajava (L.) Kuntze, Psidium aromaticum, Psidium cujavillus Burm. f., Psidium guajava var. cujavillum (Burman) Krug and Urb., Psidium guajava var. guajava, Psidium guava Griseb., Psidium guayava Raddi, Psidium igatemyensis Barb. Rodr., Psidium pomiferum L., Psidium pumilum var. guadalupense, Psidium pumilum Vahl, Psidium pyriferum L.
c.       Konstituen
Daun jambu biji mempunyai zat aktif diantaranya adalah minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, dan pektin. Selain itu tanin juga dapat menyerap racun dan menggumpalkan protein. Dalam penelitian terhadap daun kering jambu biji yang digiling halus diketahui kandungan taninnya sampai 17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi kandungan taninnya, senyawa itu bekerja sebagai astrengent yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar (Winarno 1997).
Sedangkan menurut (Duke, 2004) tanaman jambu biji (Psidium guajava L.)  khususnya bagian daun mengandung berbagai zat aktif diantaranya adalah amritoside, aromadendren, avicularin, beta-sitosterol, calcium-oxalat, caryopphyllen-oxide, catechol-tannins, crataegolic acid, EO, guajiverin,  guaijaverin, guavin-a,b,c,d, guajivolic-acid, nerolidiol, oleanolic-acid, psidiolic-acid, quercetin, sugar, ursolic-acid, xantophyll, gallo catechin,ellagic-acid, fat, genticid-acid,  hyperocid, leucocyanidine, hyperocide, aslinic-acid. (Duke, 2004).
d.      Anti diare
Daun jambu telah diketahui mempunyai efek antidiare. Daun dan kulit pohon Psidium guajava sudah sering digunakan dalam pengobatan medis. Rebusan daun dan akar Psidii guajava di India digunakan untuk mengobati diare. Ekstrak daun jambu biji dapat menghambat pelepasan asetilkolin yang merupakan penyebab diare di saluran cerna. dengan mengganggu proses terbentuknya membran dan atau dinding sel. Tanin mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik, yang menciutkan atau mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang. Tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mengendapkan protein. Efek antibakteri tanin antara lain melalui:  reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik (14). Kuersetin menunjukkan efek antibakteri dan antidiare dalam mengendurkan otot polos usus dan menghambat kontraksi usus. Berdasarkan studi mengenai ekstrak daun jambu biji, adanya kuersetin dapat menghambat pelepasan asetilkolin di saluran cerna.
Pemanfaatan daun untuk pengobatan diare dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1)        Daun jambu segar sebanyak kurang lebih 30 g, dan segenggam tepung beras digongseng sampai kuning. Selanjutnya direbus dalam dua gelas air sampai mendidih (selama 15 menit). Setelah dingin, di saring dan air saringannya diminum. Cara ini dilakukan 2-3 kali dalam sehari.
3.      Lidah Buaya (Aloe vera)
a.      Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Division      : Spermatophyta
Class          : Monocotyledoneae
Ordo          : Liliflorae
Family        : Liliceae
Genus         : Aloe
Species      : Aloe vera
b.      Sinonim
Ilat boyo; Letah buaya; Jadam Lidah buaya (Indonesia), Crocodiles tongues (Inggris); Jadam (Malaysia), Salvila (Spanyol), Lu hui (Cina).
c.       Konstituen
1)      Eksudat
Eksudat adalah getah yang keluar dari daun saat dilakukan pemotongan. Eksudat berbentuk cair, berwarna kuning dan rasanya pahit. Zat- zat yang terkandung di dalam eksudat adalah: 8- dihidroxianthraquinone (Aloe Emoedin) dan glikosida (Aloins), biasa digunakan untuk pencahar.
2)      Gel
Gel adalah bagian yang berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan. Ada beberapa zat terkandung di dalam gel seperti : Lignin, aloktin, campestrol, β-sitosterol, dan acemannan yang mengatasi inflamasi serta lupeol, fenol dan sulfur yang memiliki sifat antiseptik.
d.      Pencahar (Laxative)
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menevaluasi efek pencahar dari eksudat lidah buaya pada manusia. Efek laksatif dari glikosida antrakuinon terdapat dalam lidah buaya seperti aloin, aloe-emodin dan barbaloin. Kombinasi dari produk yang mengandung celandine, aloe, dan psyllium dengan rasio (6:3:1) memberikan pasien lebih sering buangn air besar, tinja yang lebih lunak, dan ketergantungan laksatif yang sedikit dibandingkan dengan pasien plasebo dengan konstipasi kronik.
e.      Dosis
Produk lidah buaya yang terstandarisasi tidak banyak dijumpai. Dosis yang direkomendasikan untuk melunakan tinja yaitu 0,04 sampai 0,17 gram jus kering (setara dengan 10-30 mg hidroksi antrakuinon). Kombinasi dari celandine (300mg) ditambah aloe (150 mg) ditambah psyllium (50 mg). Dimulai dengan 1 kapsul sehari kemudian dinaikan menjadi 3 kapsul sehari selama 28 hari memberi perubahan yang baik pada pasien dengan konstipasi kronis.
4.      Meadowsweet (Filipendula ulmaria L.)
a.      Sinonim
Spirace ulmaria L. (botanical sinonim), filipendula, queen of the meadow (engl), Spiraeae flos, flores ulmariae (Lat), madesussbluten, spierblumen (Ger), fleur d’ulmaire, reine des pres, ulmaire (Fr), ulmaira (Ital), almindelig, mjodurt (Dan).
b.      Konstituen
Flavonoid (3-5%) sebagian besar terdiri dari rutin dan glikosida Quersetin ; kaemferol glikosida.
Glikosida fenolik, termasuk spiraein (salicyaldehyde primveroside) di bagian bunga, monotropitin (metil salisilat primverosida) di daun dan bunga
Minyak atsiri (0,2% dari bunga) mengandung salisilaldehid (75%), feniletil alkohol (3%), benzil alkohol (2%), metilsalisilat (1,3%) dan yang lain
Tannin (10-15%) terutama regosin-D.
c.       Dosis
2,5-3,5 g bunga atau 4-5 g herbal per hari
3-6 ml dari 1:2 ekstrak cair per hari, 7,5-15 ml dari 1:5 tingtur per hari.
d.      Antiulcerogenic activity
Decoction (1:10, 1:20) dari bung meadowsweet menurunkan efek ulcerogenic prosedur seperti ligasi dari pilorus pada tikus dan menurunkan lesi pada kelenjar dari perut setelah injeksi reserpine pada tikus. Dekoksi juga efektif dalam melindungi lesi perut yang diinduksi dengan asam asetilsalisilat, dan juga menyembuhkan lesi pada lambung yang diinduksi dengan etanol pada tikus.
e.      Antimikroba
Secara in-vitro telah menunjukan efek antimikroba dari rizoma, daun, bunga dan batang bagian atas terhadap :  Staphylococcus aureus haemolyticus, streptococcus pyogenes haemolyticus, E coli, Shigella flaxneri, Klebsiella pneumoniae dan Bacillus subtilis.


5.      Chamomile (Matricaria recutita L. Rauchert)
a.      Sinonim
Matricaria chamomilla L., Chamomilla recutita L. Ruschert (botanical synonyms), German chamomille, wild chamomille, matricaria (engl), matricaria flos (Lat), kamillenbluten, Feldkamille (Ger), fleur de camomile, matricaire (Fr), camomilla (Ital), kamille (Dan).
b.      Konstituen
Minyak atsiri (0,5-1,5%), mengandung (-) –alpha- bisabolol (levomenol), chamazulene, bisabolol oxide A, B, C; cis- dan trans-en-yn-disikloeter (d, terutama apigenin 7-glicoside, destilasi batang).
Flavonoid (0,5-3%) flavonoid aglikon, kumarin (herniarin dan umbelliferon), asam fenolat, musilago, GABA.
Variasi kandungan dari konstituen aktif tergantung dari jenis tanaman chamomile itu sendiri. European Pharmacopoeia menetapkan chamomile mengandung tidak kurang dari 4 ml/kg minyak atsiri biru.
c.       Dosis
2-3 gram per hari bunga kering atau infusa.
3-6 ml per hari dari 1:2 ekstrak cair, 7-14 ml per hari 1:5 tingtur; etanol 50% adalah pelarut ekstraksi yang biasa digunakan.
Infusa atau sediaan semisolid mengandung 3-10% bunga atau setara  untuk penggunaan gargle.
d.      Antispasmodic activity
Ekstrak chamomille dan beberapa konstituen menunjukan efektifitas antispasmodik pada ileum marmut yang diisolasi. (-)-Alpha-bisabolol, bisabolol oxide A dan B dan minyak chamomile efektifitas antispasmidic mirip dengan papaver. Minyak atsiri menunjukan efek yang paling rendah. Flavon apigenin, luteolin, patuletin, dan kuersetin menunjukan tanda efek antispasmodi, dimana apigenin adalah yang paling potensial dari pada yang lain tapi lebih rendah dari pada papaverine.
e.      Antiulcer
Ekstrak chamomile menunjukan efek antipeptic ulcer secara in-vitro (-)- Alpha-bisabolol menghambat kejadian peptic ulcer yang diinduksi dengan indhomethacin, stress atau ethanol pada tikus. Kesembuhan dari ulcer juga teramati. Ekstrak chamomile yang terstandarisasi juga menunjukan aktifitas perlindungan ulcer. Pemberian secara oral (-)-Alpha-bisabolol menunjukan efek perlindungan terhadap efek toksik terhadap lambung dari asam asetilsalisilat pada tikus.
6.      Turmeric (Curcuma longa)
a.      Sinonim
curcuma domestica Val. (botanical synonym), Indian saffron (Engl), kurkumawurzelstok, Gelbwurzel (Ger), rhizome de curcuma, safran de indes (Fr), gurkemeje (dan), jianghuang (chin), shati (sanskrit).
b.      Konstituen
Minyak atsiri (3-5%), mengandung sekuiterpen keton (65%btermasuk ar-turmerone), zingiberene (25%), phellandrene, sabinene, sineole, borneol.
Yellow pigments (3-6%) diketahui sebagai diaryheptanoids, termasuk curcumin dan methoxylated curcumins.
c.       Dosis
Untuk IBS, pasien diberikan 60 mg curcuma xanthorriza 3 kali sehari selama 18 minggu
Untuk gastric ulcer, studi klinis menggunakan 250 mg kapsul serbuk akar kunyit 4 kali sehari.

d.      Efek pada saluran pencernaan
Penelitian awal menunjukan bahwa minyak atsiri dari kunyit dan curcumin meningkatkan sekresi empedu. Ketika injeksi curcumin dan minyak atsiri meningkatkan sekresi empedu, ekstrak airnya tidak efektif. Pada dosis yang lebih tinggi total eksresi dari garam empedu, billirubin dan kolesterol meningkat.
Kunyit telah digunakan secara tradisional untuk mengatasi berbagai macam masalah gastrointestinal, khususnya pencernaan yang berhubungan dengan makanan lemak. Pada RCT dari 116 pasien 71% pasien diberikan kunyit mengalami tanda perlu pertolongan, terutama kunyit mungkit menyebabkan iritasi lambung pada dosis tinggi atau berkepanjangan.
7.       Asparagus (Asparagus officinalis)
a.      Mekanisme aksi
Mekanisme yang pasti untuk asparagus pada dispepsia belumlah jelas, tetapi penelitian menunjukan mekanisme asparagus mungkin sebagai antagonis dopamin ringan.
b.      Penelitian sains untuk efektifitas asparagus
Asparagus digunakan telah di ayurveda untuk dispepsia. Pada suatu Studi pendahulan, asparagus dibandingkan dengan metoclopramide (reglan). Hasil menunjukan asparagus setara denga metoclopramide untuk menurunkan waktu pengosongan perut. Bau yang tajam ditunjukan oleh beberapa orang setelah mengkonsumsi asparagus, membuat percobaan plasebo terkontrol sulit dikendalikan.
c.       Dosis
Dosis efektif asparagus untuk dispepsie belum terdeterminasi. Pada sebuah studi menggunakan 2 g serbuk akar asparagus pada pagi hari selama 2 hari.

8.      Fennel / adas (Foeniculum  vulgare)
a.      Plant origin
sebagian besar terdapat di wilayah mediterania, sekarang telah di kultifasi di eropa, asia, sebagian afrika dan amerika latin. Diimpor dari cina, mesir, bulgaria, hungaria dan rumania.
b.      Sinonim
Fennel fruit or seed (engl), fenchel, bitterfenchel (Ger), fruit de fenouil, Aneth doux (Fr), adas.
c.       Konstituen
2-6% minyak atsiri, terdiri dari 50-70%  minyak agak manis trans-anethole. 20% minyak pahit dan champoraceous (+)-fenchone.selain itu terdapat metilchavicol, anisaldehid, dan beberapa hidrokarbon terpenoid, termasuk alpha-pipene, alpha-phellandrene, dan limonene.
d.      Indikasi
Sebagai sekretomotor, sekretolitik, dan antiseptik ekspektoran, meningkatkan motilitas usus, spasmolitik dan karminatif pada gangguan pencernaan ringan.
e.      Kolitis
Emulsi minyak biji adas dengan kombinasi herbal teh yang mengandung adas (dengan chamomile, vervian, licorise, balm-mint) menurunkan kolik anak-anak pada percobaan RCT. Penggunaan emulsi minyak biji adas menghilangkan kolik pada 65% anak-anak (40/62). Juga ditemukan penurunan kolik pada anak-anak.
      Pasien dengan kolitis nonspesifik yang menkonsumsi kombinasi herbal produk yang mengandung adas ditambah dandelion, st john’s wort, calendula dan lemon balm menunjukan secara spontan berkurangnya rasa sakit di sekitar usus besar.


f.        Dosis
Untuk kolik infantile dengan umur 2-12 minggu, 0,1% minyak biji adas dalam emulsi air dan 0,4% polysorbate-80 digunakan selama 1 minggu.

C.    Contoh  Produk Obat Alam
1.      LAXING
Komposisi:
Setiap kapsul LAXING mengandung ekstrak:
Sennae fructus (buah sena)                                100 mg
Aloe (lidah buaya)                                            33 mg
Foeniculi semen (biji adas)                                60 mg
Aleuritidis endosperm (daging biji kemiri)          60 mg
Khasiat dan Kegunaan:
-         Membantu melancarkan buang air besar tanpa menyebabkan rasa mulas dan mencret
-         Membantu melunakkan tinja
Takaran pemakaian:
1-2 kapsul diminum sebelum tidur
Kandungan LAXING
1.        Sennae fructus (Buah Senna):
Kandungan aktif :
Daun dan biji Senna mengandung glikosida antrasena yaitu senosida A,B,C,D,E,F; glikosida rhein, sejumlah kecil aloeemodin, musilago (10%), flavonoid (turunan kaemferol), glikosida naftalena, isoramnetin, asam krisofanat, senakrol, senapikrin, katartomanit, ß-sitosterol.
Bekerja dengan merangsang secara langsung dinding usus => peningkatan peristaltik dan pengeluaran isi usus dengan cepat (mempercepat waktu transit makanan di usus) serta meningkatkan konsentrasi air dalam usus dan melunakkan tinja.
2.        Aloe (lidah buaya):
Kandungan aktif :
Aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, aloesin.
Khasiat pencaharnya berdasarkan rangsangan mekanis dan kimiawi terhadap dinding usus ditambah dengan pelunakan tinja.
3.        Biji Adas & Daging Biji Kemiri :
Bekerja sinergis, membantu mempercepat defekasi (BAB) dan melunakkan tinja (feces)
Simplisia dan Menkanisme Aksi
Bahan Tanaman
Kandungan
Efek Farmakologi
Khasiat
Kegunaan
Buah sena
Glikosida antrasena
Laksatif
mempercepat waktu transit makanan di usus, melunakan tinja
BAUK
Lidah buaya
Alloin
Laksatif
Memperlancar buang air besar
BAUK
Biji adas
Trans-anetol
Pengaroma
Aroma khas, enak
Corrigen odoris
Daging biji kemiri
Saponin
Laksatif
Memperlancar buang air besar
BAUK





A.     Nodiar (Kimia Farma)
Komposisi :
Tiap tablet mengandung : Attapulgite ................ 300 mg
Psidii Folium Extract ................... 50 mg
Curcuma domestica Rhizoma Extract .... 7.5 mg
Khasiat dan kegunaan
Untuk diare non spesifik
Dosis
Dewasa dan anak-anak (>12 tahun): 2 tablet/2 sendok takar setiap setelah buang air besar, maksimum penggunaan 12 tablet / 12 sendok takar dalam waktu 24 jam.
Anak-anak (6 - <12 tahun): 1 tablet/1 sendok takar setiap setelah buang air besar, maksimum penggunaan 6 tablet/6 sendok takar dalam waktu 24 jam.
Kandungan Nodiar
1.      Attapulgite
Attapulgite koloid aktif adalah  alumunium silikat alamiah yang telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya. Berupa serbuk sangat halus, mempunyai pH antara 7,0-9,5. Attapulgite koloid aktif yang memiliki daya adsorpsi digunakan sebagai adsorben pada pengobatan diare.




2.      Daun jambu biji
a.       Kandungan Kimia
Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin.
b.      Komposisi Kimia
Daun jambu biji mengandung total minyak 6% dan minyak atsiri 0,365%, 3,15% resin, 8,5% tannin, dan lain-lain. Komposisi utama minyak atsiri yaitu ±-pinene, ²-pinene limonene, menthol, terpenyl acetate, isopropyl alcohol, longicyclene, caryophyllene, ²- bisabolene, caryophyllene oxide, ²- copanene, farnesene, humulene, selinene, cardinene and curcumene. Minyak atsiri dari daun jambu biji juga mengandung nerolidiol, ²-sitosterol, ursolic, crategolic, dan guayavolic acids.
Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (100 gr) – Kalori 49 kal – Vitamin A 25 SI – Vitamin B1 0,02 mg – Vitamin C 87 mg – Kalsium 14 mg – Hidrat Arang 12,2 gram – Fosfor 28 mg – Besi 1,1 mg – Protein 0,9 mg – Lemak 0,3 gram – Air 86 gram
c.       Mengobati diare  
Bagian dari jambu biji yang digunakan untuk mengobati diare pada umumnya adalah bagian daun. Daun jambu biji mengandung tannin dan zat lain seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Vieira; dkk. (2001) melalui penelitiannya telah membuktikan bahwa ekstrak daun jambu biji dalam etanol, aseton, dan air dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare yaitu Staphylococcus aureus dan E. Coli.



3.      Kunyit
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumindesmetoksikumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpenturmerontumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil. Kunyit juga mengandung Lemak sebanyak 1-3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.

Simplisia dan Mekanisme Aksi
Bahan Tanaman
Kandungan
Efek Farmakologi
Khasiat
Kegunaan
Daun jambu biji
Tanin
adstringen
Memperkecil pori-pori
BAUK
Kunyit
Kurkumin
stomakik
Sakit perut
BAPK



DAFTAR PUSTAKA

Bisset, N.G., 1994, Herbal Drug and Phytopharmaceuticals, Stuttgart : Medpharm Scientific Publishers.
 Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.
Heyne, K., 1987, Tumbuhan obat berguna Indonesia, Jakarta : Badan Litbang Kehutanan
            Mardisiswojo, S., Harsono, R., 1987, Cabe puyang warisan nenek moyang, Jakarta : Balai pustaka
Mill,S. & Bone,K., 2000, Principles and Practice in Phytotherapy Modern Herbal Medicine, Edinburg, Toronto : Churchil Livingstone
            Phillip,R.B., 2004, Herbal-Drug Interactions and Adverse Effects – An Evidense Based Quick Reference Guide, New York, Toronto : McGraw-Hill Medical Publishing Division
Schule,V., Hansel, R., Tyler,V.E., 1997, Rational Phytotherapy, Springer, Berlin.

0 komentar:

Posting Komentar